Panggung terbesar sepak bola Afrika kembali hadir. Piala Afrika (AFCON) edisi ke-35 resmi digelar mulai Desember 2025 hingga Januari 2026, mempertemukan 24 negara yang siap berebut supremasi tertinggi di benua hitam. Turnamen akbar ini selalu menjadi salah satu kompetisi paling ditunggu, baik oleh masyarakat Afrika maupun para pencinta sepak bola dunia.
Tahun ini, Maroko mendapatkan kehormatan spesial sebagai tuan rumah. Negara tersebut terakhir kali menyelenggarakan AFCON pada 1988, sehingga kepercayaan yang kembali diberikan setelah 37 tahun menjadi bukti kemajuan besar sepak bola dan infrastruktur olahraga mereka.
Selama turnamen berlangsung, total 52 pertandingan akan digelar di sembilan stadion megah yang tersebar di seluruh Maroko. Kompleks Olahraga Prince Moulay Abdellah di Rabat menjadi pusat perhatian karena dipilih sebagai venue laga pembuka sekaligus final. Stadion berkapasitas 53.000 penonton itu akan menjadi saksi sejarah baru dalam perjalanan sepak bola Afrika.
Kesempatan ini juga menjadi ajang pemanasan penting bagi Maroko, yang turut menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030 bersama Spanyol dan Portugal. Dengan sorotan dunia tertuju kepada mereka, AFCON 2025 menjadi momentum tepat untuk menunjukkan kesiapan dalam menggelar turnamen bertaraf global.
AFCON 2025: Turnamen Pertama yang Melewati Natal dan Tahun Baru
Piala Afrika edisi kali ini memiliki keunikan tersendiri. Turnamen resmi dimulai pada 21 Desember 2025 ketika Maroko menghadapi Komoro, dan akan berakhir pada 18 Januari 2026. Dengan jadwal ini, AFCON 2025 menjadi turnamen pertama yang berlangsung melewati periode Natal dan Tahun Baru.
Keputusan ini berbeda dari dua edisi sebelumnya, yang umumnya digelar pada Januari hingga Februari. Padahal, jadwal awal AFCON 2025 direncanakan berada di periode Juni–Juli agar tidak bentrok dengan musim kompetisi Eropa.
Namun, FIFA kemudian memperkenalkan format baru Piala Dunia Antarklub yang diperluas dan dijadwalkan pada bulan yang sama. Untuk menghindari bentrokan, AFCON pun dimajukan ke akhir tahun.
Hal ini berdampak besar bagi klub-klub Eropa, khususnya Premier League yang dikenal memiliki jadwal paling padat di periode Desember–Januari. Banyak tim harus rela kehilangan pemain penting mereka ketika liga memasuki masa krusial seperti Boxing Day dan pertandingan awal tahun.
Selain Premier League, kompetisi Eropa lain seperti LaLiga dan Serie A juga terancam kehilangan bintang-bintang Afrika mereka, terutama ketika Liga Champions dengan format baru memperpanjang fase liga hingga akhir Januari. Situasi ini membuat beberapa pemain harus menghadapi dilema antara kewajiban negara atau kepentingan klub.
Mengapa Piala Afrika Sering Digelar pada Januari? Ini Alasannya
Banyak penggemar sepak bola global bertanya-tanya: mengapa Piala Afrika sering digelar pada Januari dan membuat klub-klub Eropa kewalahan?
Ternyata alasannya sangat kuat dan sebagian besar terkait dengan faktor cuaca.
1. Kondisi Iklim Afrika di Pertengahan Tahun Tidak Mendukung
Mayoritas negara Afrika justru menghadapi suhu ekstrem di bulan Juni–Agustus. Temperatur dapat mencapai 40 derajat Celcius atau lebih, dengan tingkat kelembapan yang sangat tinggi. Kondisi ini berbahaya bagi atlet, staf, dan penonton.
AFCON pada Januari–Februari memberikan kondisi cuaca yang jauh lebih stabil, sehingga pertandingan dapat berlangsung dengan intensitas normal tanpa risiko kesehatan yang berlebihan.
2. Mencegah Bentrok dengan Turnamen Regional Afrika Lain
Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) juga mempertimbangkan jadwal Liga Champions Afrika, turnamen domestik, serta kalender nasional berbagai negara Afrika yang sering tidak seragam.
3. Menyesuaikan Musim Kompetisi Liga Non-Eropa
Tidak semua liga di dunia mengikuti kalender Eropa. Liga di Amerika Latin, MLS, serta beberapa liga di Afrika sendiri justru memulai musim baru di akhir Januari atau Februari, sehingga AFCON waktu ini dianggap lebih ideal.
4. Faktor Tradisi
AFCON telah digelar di Januari selama puluhan tahun. Mengubah jadwal berarti mengubah ekosistem kompetisi, logistik, hingga persiapan federasi negara peserta. CAF juga menilai bahwa mempertahankan tradisi lebih memudahkan perencanaan jangka panjang.
Dampak Besar bagi Klub Eropa: Keluhan yang Tak Pernah Usai
Meski alasan CAF dapat dimengerti, klub-klub Eropa tetap menjadi pihak yang paling dirugikan. Mereka harus kehilangan pemain kunci di masa-masa penting kompetisi.
Beberapa pemain top yang dipastikan akan membela negara pada AFCON 2025 meliputi:
- Mohamed Salah (Mesir)
- Victor Osimhen (Nigeria)
- Achraf Hakimi (Maroko)
- Sadio Mane (Senegal)
- Andre Onana (Kamerun)
Kehilangan pemain seperti ini di bulan Desember–Januari adalah pukulan besar bagi klub yang sedang mengejar gelar atau menjaga posisi empat besar.
Kesimpulan
Piala Afrika 2025 kembali menjadi turnamen penuh daya tarik, baik dari segi kualitas persaingan maupun pelaksanaan yang unik. Keputusan menggelar AFCON pada Desember–Januari memang menimbulkan polemik, tetapi faktor cuaca, logistik, hingga penyesuaian kalender global membuat pilihan ini dianggap paling ideal oleh CAF.
Bagi klub-klub Eropa, AFCON mungkin menjadi gangguan. Namun bagi para pemain Afrika, membela negara di turnamen terbesar benua adalah kebanggaan yang tidak bisa ditawar.
BACA JUGA :