Dua tahun setelah meraih medali internasional pertamanya, pebulutangkis muda Korea Selatan, Cho Nadan, kembali menapaki panggung yang pernah membesarkan namanya — Dubai Para Badminton International. Kali ini, bukan sekadar partisipasi atau mencari pengalaman, Cho datang dengan tekad kuat: merebut medali emas pertamanya di level internasional.
Pada ajang yang digelar tahun 2023, Cho meraih medali perak di nomor ganda putra kategori Standing Lower (SL3-SL4), pencapaian membanggakan untuk pemain yang baru menginjak usia 22 tahun kala itu. Meski belum genap dua tahun berlalu, perkembangan Cho di lapangan cukup mencolok. Kini, ia kembali ke Dubai, bukan untuk mengulang sejarah, tapi untuk menulis bab baru — di nomor tunggal putra SL4.
Bertanding di Shabab Al Ahli Club, Cho membawa misi pribadi sekaligus kebanggaan bangsa. Ia berharap performanya kali ini bisa membayar seluruh kerja keras dan konsistensi yang telah ia bangun sejak debutnya. Dengan semangat juang tinggi dan pengalaman yang semakin matang, Cho Nadan tak hanya menjadi harapan Korea Selatan, tapi juga salah satu sorotan utama dalam turnamen prestisius ini.
Cho Nadan Siap Ciptakan Kenangan Lebih Indah di Dubai Setelah Taklukkan Unggulan Teratas
Cho Nadan kembali mencuri perhatian dunia bulu tangkis setelah meraih kemenangan mengejutkan atas unggulan teratas sekaligus peraih medali Asian Para Games, Sukant Kadam dari India, pada laga Grup A Dubai 2025 Para Badminton International. Dalam pertandingan penuh ketegangan, pebulu tangkis muda asal Korea Selatan itu berhasil menang dengan skor 21-13, 16-21, dan 21-18, mengukuhkan kepercayaan dirinya menjelang partai penting akhir pekan nanti.
“Saya memiliki kenangan indah di Dubai, dan saya harap dapat membuatnya lebih istimewa dengan mengubah warna medali saya di sini pada hari Minggu,” ujar Cho penuh optimisme. Kemenangan atas Kadam tidak hanya memperkuat mental sang pemain muda, tetapi juga menjadi bukti perkembangan pesat Cho sejak debut internasionalnya pada Bahrain Para Badminton International 2023.
Pertandingan melawan Kadam sendiri diakui Cho sebagai pertarungan yang tidak mudah. Sebelumnya, ia pernah menelan kekalahan dari pemain India tersebut, namun kali ini Cho datang dengan persiapan yang lebih matang. “Terakhir kali saya bermain melawan (Sukant) Kadam, saya kalah. Jadi, saya menganalisis pertandingannya dan menyiapkan strategi khusus untuk laga kali ini. Saya senang karena rencana saya berjalan dengan baik,” jelasnya.
Bagi Cho, Dubai bukan sekadar tempat bertanding, melainkan arena penuh memori yang mendorongnya untuk tampil lebih baik. Setelah meraih medali perak dua tahun lalu, tekadnya kini tertuju pada pencapaian tertinggi — medali emas di nomor tunggal putra Standing Lower (SL4).
Dengan keyakinan yang semakin menguat dan strategi matang, Cho Nadan siap menciptakan kenangan manis lainnya di Dubai. Mampukah ia mewujudkan ambisinya serta mengubah warna medali di laga puncak? Seluruh mata akan tertuju padanya saat ia kembali turun ke lapangan pada Minggu mendatang.
Cho Nadan Bidik Paralimpiade LA 2028, Tetap Optimis Meski Tersingkir di Ganda
Meski harus menelan kekalahan di sektor ganda putra, semangat Cho Nadan untuk mencapai tujuannya tetap menyala. Pebulu tangkis muda asal Korea Selatan ini kini mengarahkan fokusnya pada peningkatan performa individu dan mengumpulkan poin demi poin demi lolos ke Paralimpiade Los Angeles 2028 — target jangka panjang yang terus ia kejar dengan tekad kuat.
Dalam laga ganda putra kategori SL3-SL4 di Dubai 2025 Para Badminton International, Cho yang berpasangan dengan Lee Seunghu harus mengakui keunggulan pasangan India, Umesh Vikram Kumar dan Surya Kant Yadav. Dalam dua gim yang berlangsung ketat, mereka kalah 16-21, 17-21. Meski begitu, Cho dan Lee masih menyimpan harapan untuk bangkit di fase sistem gugur turnamen.
“Setiap turnamen adalah batu loncatan,” ujar Cho, yang menjadikan kompetisi ini sebagai ajang pemanasan dan pembelajaran. Ia tidak menyembunyikan ambisinya untuk suatu hari nanti menghadapi Lucas Mazur, ikon Paralimpiade asal Prancis, dalam panggung besar yang bergengsi. Namun, ia memilih tetap realistis dan fokus pada satu turnamen dalam satu waktu.
Dengan kombinasi antara semangat juang, pengalaman bertanding, dan visi jangka panjang, Cho terus menunjukkan bahwa ia bukan sekadar pemain muda bertalenta, melainkan calon besar yang tengah menempa dirinya menuju puncak dunia para-badminton. Dubai mungkin bukan akhir kisahnya, melainkan permulaan dari perjalanan panjang menuju LA 2028.
Lee Jeongsoo dan Oksana Kozyna Bangkit dari Ketertinggalan, Amankan Kemenangan Dramatis
Turnamen Dubai 2025 Para Badminton International kembali menyuguhkan drama luar biasa di lapangan. Dalam pertemuan yang memikat penonton, para pebulu tangkis menunjukkan semangat pantang menyerah, termasuk dua nama yang mencuri perhatian: Lee Jeongsoo dari Korea Selatan dan Oksana Kozyna dari Ukraina.
Lee Jeongsoo tampil luar biasa di nomor tunggal putra kategori Standing Upper (SU5). Setelah kehilangan gim pertama, ia bangkit dengan kekuatan mental baja untuk membalikkan keadaan atas wakil Azerbaijan, Ibrahim Aliyev. Dalam pertandingan penuh tensi di Grup F, Lee menang dengan skor 17-21, 21-18, 21-19, membuktikan daya juang dan konsistensinya dalam menekan lawan hingga akhir laga.
Tidak kalah menarik, unggulan teratas di sektor tunggal putri, Oksana Kozyna, juga menunjukkan kelasnya sebagai salah satu pemain elite. Menghadapi Halime Yildiz, peraih tiga medali dunia yang lebih berpengalaman, Kozyna sempat tertinggal di gim pertama. Namun, berbekal kecepatan dan akurasi pukulan, ia sukses membalikkan keadaan dan merebut kemenangan dalam tiga gim 13-21, 21-16, 21-17.
Pertandingan hari itu menjadi bukti bahwa di panggung para-badminton internasional, siapa pun bisa bangkit dari tekanan jika dibekali tekad dan strategi. Baik Lee maupun Kozyna kini semakin mantap menatap babak selanjutnya, membawa serta harapan besar dari negaranya masing-masing.
Pelajaran Berharga dan Semangat Juang Kozyna dan Alrushaidi Tampil Menginspirasi di Dubai 2025
Turnamen Dubai 2025 Para Badminton International terus menghadirkan momen-momen emosional dan inspiratif. Kali ini, sorotan tertuju pada dua atlet dengan cerita perjuangan yang sangat berbeda namun sama-sama menyentuh: Oksana Kozyna, sang juara dunia, dan Siham Alrushaidi, wakil tuan rumah dari Uni Emirat Arab.
Kozyna, juara dunia Tokyo 2022, menunjukkan mentalitas juara sejati dalam pertandingan tunggal putri. Ia sempat tertinggal cukup jauh, 6-12, namun mampu bangkit dan membalikkan keadaan secara dramatis untuk menang 21-17. Penampilan penuh determinasi itu menegaskan posisinya sebagai salah satu pemain terbaik dunia di nomor tersebut, sekaligus memperkuat ambisinya untuk kembali meraih podium tertinggi di Dubai.
Di sisi lain, Siham Alrushaidi menghadapi tantangan berat saat melawan Emine Seçkin, mantan peraih medali perak Kejuaraan Dunia, di Grup A WH2. Meski harus mengakui keunggulan lawan, Alrushaidi justru memetik pengalaman berharga. Ia mengungkapkan kekagumannya terhadap teknik, fleksibilitas, dan kendali Seçkin di atas kursi roda, serta menyatakan tekadnya untuk terus belajar dan beradaptasi.
“Kejuaraan ini adalah pembelajaran besar,” ujar Alrushaidi, yang juga bermain di nomor ganda campuran WH1-WH2 bersama Jamal Al Bedwawi. Ia menunjukkan bahwa semangat berkembang dan belajar tak kalah penting dari hasil akhir di papan skor.
Kedua atlet ini, meski datang dari latar belakang berbeda, sama-sama mencerminkan nilai sejati dari olahraga: ketekunan, semangat, dan dedikasi untuk terus menjadi lebih baik. Dubai 2025 tidak hanya menjadi panggung perebutan medali, tetapi juga ladang pembelajaran dan inspirasi bagi banyak atlet di seluruh dunia.
Dari Lintasan ke Lapangan Transformasi Siham Alrusaidi di Dunia Para Badminton
Siham Alrusaidi mungkin baru setahun menekuni dunia para badminton, namun jejaknya sebagai mantan atlet para atletik internasional telah memberinya keunggulan unik di lapangan. Berbekal kekuatan lengan dari masa lalunya sebagai pelari kursi roda, Alrusaidi menunjukkan potensi besar sebagai salah satu harapan baru Uni Emirat Arab dalam cabang ini.
Keikutsertaannya dalam Dubai 2025 Para Badminton International menjadi tonggak penting dalam proses transisinya dari atletik ke badminton. Meski masih dalam tahap belajar, perkembangan Alrusaidi dalam setahun terakhir terlihat jelas. Ia tidak hanya membawa kekuatan fisik ke lapangan, tetapi juga semangat kompetitif dan dedikasi tinggi untuk terus meningkatkan performa.
Turnamen di Dubai ini menjadi ajang evaluasi sekaligus motivasi bagi Alrusaidi. Ia menyadari bahwa aspek teknis dan taktik permainan, baik dalam nomor tunggal maupun ganda, menjadi fokus penting yang harus ia kuasai. Oleh karena itu, seluruh pengalaman bertanding di ajang ini akan ia jadikan bekal berharga dalam sesi latihannya ke depan.
Saya ingin terus berkembang dan memahami taktik permainan secara lebih dalam, terutama di nomor tunggal dan ganda,” ungkap Alrusaidi dengan penuh semangat.
Perjalanan Alrusaidi menggambarkan bagaimana seorang atlet bisa beradaptasi dan menemukan identitas baru dalam cabang olahraga yang berbeda. Dengan kerja keras dan semangat belajar yang tinggi, bukan tidak mungkin namanya akan segera menghiasi papan skor tertinggi dalam waktu dekat.
Baca Juga :