• BTC$105,536.96
    0.83%
  • ETH$2,512.29
    0.94%
  • USDT$1.00
    0.03%
  • XRP$2.18
    0.44%
  • BNB$650.93
    0.73%
  • SOL$151.04
    0.91%
  • USDC$1.00
    0.00%
  • DOGE$0.18
    2.41%
  • TRX$0.28
    0.92%
  • ADA$0.66
    0.07%
  • STETH$2,509.27
    0.88%
  • WBTC$105,497.55
    0.94%
  • HYPE$34.86
    2.44%
  • SUI$3.23
    2.07%
  • LINK$13.82
    2.43%

SBOTOP: Ruben Amorim Anggap Kritik Legenda MU Sebagai Hal Lumrah

Musim ini bisa dibilang salah satu periode tergelap dalam sejarah Manchester United di era Premier League. Di bawah arahan Ruben Amorim, tim berjuluk Setan Merah justru terpuruk jauh dari ekspektasi. Meski demikian, sang pelatih asal Portugal tak berusaha lari dari kenyataan. Ia justru menerima gelombang kritik yang datang, termasuk dari para legenda klub, sebagai hal yang wajar dan layak diterima.

Saat ini, Manchester United berada di posisi ke-15 klasemen sementara Premier League, sebuah capaian yang tentu jauh dari standar klub sebesar MU. Dalam 35 laga yang telah dijalani, mereka sudah menelan 16 kekalahan—jumlah kekalahan terbanyak dalam sejarah klub di era liga modern Inggris. Catatan itu tak hanya mengecewakan, tapi juga membuat banyak pihak mempertanyakan arah dan visi klub ke depan.

Salah satu suara paling vokal datang dari mantan kapten ikonik MU, Roy Keane. Ia menyebut keputusan Amorim untuk mengalihkan fokus dari Premier League ke kompetisi Liga Europa sebagai tindakan yang “memalukan.” Namun, Amorim tidak terpancing emosinya. Sebaliknya, ia mengaku memahami kekecewaan para legenda dan penggemar.

Fokus ke Liga Europa: Strategi atau Pelarian?

Dalam sesi konferensi pers jelang final Liga Europa, Amorim buka suara. Ia mengakui bahwa keputusan kontroversial yang ia ambil memang bisa dinilai negatif. Namun, menurutnya, langkah itu merupakan bentuk tanggung jawab terhadap masa depan klub, bukan bentuk keputusasaan atau pelarian dari tekanan Premier League.

“Kami memang gagal tampil konsisten di liga. Saya tidak akan bersembunyi dari fakta itu,” kata Amorim dengan tegas. “Tapi ketika peluang untuk meraih gelar Eropa terbuka, kami harus mempertimbangkannya secara serius. Liga Europa bukan hanya soal trofi, tetapi juga soal tiket ke Liga Champions musim depan.”

Ia menambahkan bahwa dalam situasi pelik seperti ini, seorang pelatih harus bisa berpikir realistis dan membuat keputusan berdasarkan kepentingan jangka panjang klub, bukan untuk sekadar menyelamatkan wajah pribadi. Menurutnya, keputusan untuk mengistirahatkan pemain inti di beberapa laga Premier League adalah bagian dari strategi besar demi meraih hasil maksimal di pentas Eropa.

Kritik Adalah Bagian dari Tanggung Jawab

Amorim tidak mencari-cari alasan atas penurunan performa tim di kompetisi domestik. Ia justru menilai kritik yang dilontarkan sebagai refleksi dari tingginya ekspektasi terhadap klub sebesar Manchester United. Dan baginya, ekspektasi tinggi itu adalah hal yang seharusnya dijaga, bukan dihindari.

“Saya tidak bisa mengelak dari kritik. Itu adalah bagian dari pekerjaan ini. Kalau kami tidak bisa menghadapi tekanan dan sorotan seperti ini, mungkin kami salah memilih profesi,” ujar Amorim kepada SBOTOP Indonesia.

Ia juga menambahkan bahwa musim ini menjadi ujian berat bukan hanya bagi para pemain, tapi juga seluruh struktur di klub, mulai dari staf pelatih hingga manajemen. Kinerja buruk bukan sesuatu yang bisa ditutupi dengan narasi positif semata. “Kami harus jujur menilai diri sendiri. Dan saya pun harus jujur kepada para penggemar. Kami memang belum layak dibanggakan musim ini, tapi kami belum menyerah,” tambahnya.

Ruben Amorim : Final Liga Europa Merupakan Misi Penebusan

Kini, seluruh sorotan tertuju pada satu pertandingan krusial—final Liga Europa melawan Tottenham Hotspur. Di atas kertas, ini bukan hanya pertarungan memperebutkan gelar, tapi juga ajang penebusan dosa bagi dua tim besar yang sama-sama mengalami musim mengecewakan di liga domestik.

Amorim menyebut laga ini sebagai kesempatan terakhir bagi timnya untuk menyelamatkan sesuatu dari musim yang penuh kekecewaan. “Pertandingan ini bukan hanya penting bagi Manchester United, tapi juga untuk Tottenham. Kami berdua berada dalam posisi yang serupa—kecewa di liga dan berharap meraih sesuatu di Eropa,” ujarnya.

Ia juga mengakui bahwa ada tekanan emosional dari berbagai pihak, termasuk para pendukung klub lain seperti Athletic Bilbao yang kecewa karena final tidak digelar di kota mereka. Namun, Amorim ingin fokus pada satu hal: memberikan kebahagiaan bagi suporter Setan Merah yang telah tetap setia mendukung meski tim mengalami masa sulit.

Ruben Amorim : Waktu untuk Menjawab Keraguan

Dalam beberapa hari terakhir menjelang final, Amorim terus menekankan pentingnya kesiapan mental dan fisik pemain. Ia menyebut pertandingan ini bukan hanya soal taktik, tetapi juga soal karakter dan keberanian untuk tampil maksimal di panggung besar.

“Para pemain tahu betapa pentingnya pertandingan ini. Kami tidak ingin sekadar tampil, kami ingin menang. Kami ingin menunjukkan bahwa kami masih punya harga diri, dan bahwa kami tidak akan membiarkan musim ini berakhir tanpa perlawanan,” tegas Amorim.

Dengan satu laga tersisa yang bisa mengubah narasi musim, Ruben Amorim dan Manchester United bersiap untuk menciptakan bab baru dalam sejarah klub. Apakah mereka mampu menjawab kritik dan membungkam keraguan? Jawabannya akan ditentukan di malam final Liga Europa—sebuah momen yang bisa mengubah kehancuran menjadi kebangkitan.

BACA JUGA :